Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Selain itu pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang dominan di areal
pertanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana camara, Gleichenia linearis dan sebagainya. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan di piringan (circle weeding), penyiangan gulma
yang tumbuh di antara tanaman LCC, membabat atau membongkar gulma berkayu dan kegiatan buru lalang (wiping).
Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman kuat. Walaupun begitu tanaman ini juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang membahayakan maupun yang membahayakan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan insekta atau serangga. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman sawit umumnya disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman kuat. Walaupun begitu tanaman ini juga tidak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang membahayakan maupun yang membahayakan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan insekta atau serangga. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman sawit umumnya disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
a. Hama
Tungau
Penyebab: Tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun.
Gejala: Daun menjadi mengkilap dan berwarna kecoklatan.
Penyebab: Tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun.
Gejala: Daun menjadi mengkilap dan berwarna kecoklatan.
Pengendalian: Penyemprotan dengan akarisida yang berbahan aktif tetradion 75,2 gr/lt (Tedion 75 EC) disemprotkan dengan konsentrasi 0,1-0,2%.
Ulat Setora
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun.
Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja.
Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.
Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.
Nematoda
Penyebab: Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus.
Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit.
Penyebab: Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus.
Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit.
Gejala: Daun-daun muda yang akan membuka menj adi tergulung dan tumbuh tegak. Selanjutnya daun berubah warna menjadi kuning dan mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak membuka, sehingga tidak menghasilkan buah.
Pengendalian: Tanaman yang terserang diracun dengan natrium arsenit. Untuk memberantas sumber infeksi, setelah tanaman mati atau kering dibongkar lalu dibakar.
Kumbang
Penyebab: Oryctes rhinoceros. Serangan hama ini cukup membahayakan jika terjadi pada tanaman muda, sebab jika sampai mengenai titik tumbuhnya menyebabkan penyakit busuk dan mengakibatkan kematian.
Penyebab: Oryctes rhinoceros. Serangan hama ini cukup membahayakan jika terjadi pada tanaman muda, sebab jika sampai mengenai titik tumbuhnya menyebabkan penyakit busuk dan mengakibatkan kematian.
Pengendalian: Menjaga kebersihan kebun, terutama di sekitar tanaman. Sampah-sampah dan pohon yang mati dibakar, agar larva hama mati.
Pengendalian secara biologi dengan menggunakan jamur Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes.
Penggerek Tandan Buah
Penyebab: Ngengat Tirathaba mundella. Hama ini meletakkan telurnya pada tandan buah, dan setelah menetas larvanya (ulat) akan melubangi buah kelapa sawit.
Penyebab: Ngengat Tirathaba mundella. Hama ini meletakkan telurnya pada tandan buah, dan setelah menetas larvanya (ulat) akan melubangi buah kelapa sawit.
Pengedalian: Semprot dengan insetisida yang mengadung bahan aktif triklorfom 707 gr/lt atau endosulfan 350 gr/lt,
Ulat Api
Penyebab: Setora nitens, Darna trima dan Ploneta diducta.
Hama pemakan daun.
Penyebab: Setora nitens, Darna trima dan Ploneta diducta.
Hama pemakan daun.
Gejala: Helaian daun berlubang atau habis sama sekali sehingga hanya tinggal tulang daunnya. Gejala ini dimulai dari daun bagian bawah.
Pengendalian: Semprot dengan insektisida berbahan aktif triazofos 242 gr/lt karbaril 85 %, dan klorpirifos 25 ULV.
a. Penyakit
Root Blast
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. yang menyerang bagian akar.
Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp. yang menyerang bagian akar.
Gejala: bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar.
Pengendalian: pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan. Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.
Garis Kuning
Penyebab: Fusarium oxysporum yang menyerang bagian daun.
Penyebab: Fusarium oxysporum yang menyerang bagian daun.
Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering.
Pengendalian: inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda. Pencegahan dengan penggunaan Natural GLIO semenjak awal.
Dry Basal Rot
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa yang menyerang bagian batang.
Penyebab: Ceratocyctis paradoxa yang menyerang bagian batang.
Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering; daun muda mati dan kering.
Pengendalian: adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi penyakit.
Bud Rot
Penyebab: bakteri Erwinia. Penyakit ini sering berkaitan erat dengan serangan hama kumbang (Oryctes rhinoceros). Setelah hama menyerang titik tumbuh, kemudian dilanjutkan dengan serangan penyakit ini yang
menrupakan serangan sekunder.
Penyebab: bakteri Erwinia. Penyakit ini sering berkaitan erat dengan serangan hama kumbang (Oryctes rhinoceros). Setelah hama menyerang titik tumbuh, kemudian dilanjutkan dengan serangan penyakit ini yang
menrupakan serangan sekunder.
Gejala: kuncup yang di tengah membusuk sehingga mudah dicabut dan berbau busuk. Akibatnya tanaman akan mati dan jika tetap hidup daun tumbuh tidak normal, kerdil dan kurus.
Pengendalian: belum ada cara efektif yang ditemukan dalam pemberantasan penyakit ini. Untuk pencegahannya yaitu menjaga kebersihan (sanitasi) kebun terutama di sekitar tanaman.
Catatan: Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum bisa mengatasi, dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan, tambahkan perekat perata AERO 810, dosis ± 5 ml (1/2 tutup)/tangki.