Pemakaman Muhammad Ali digelar Secara Islam


Ali meninggal dunia pada Sabtu (4/6) pekan lalu dalam usia 74 tahun akibat penyakit Parkinson. Namun, pemakamannya baru digelar sepekan kemudian yang rencananya digelar selama dua hari.

Prosesi pemakaman Muhammad Ali sudah dilangsungkan di Freedom Hall, Kamis (9/6/2016) waktu setempat atau Jumat (10/6/2016) dini hari WIB. Dalam kesempatan ini, jenazah sang legenda didoakan secara Islam oleh ribuan pelayat dari berbagai penjuru dunia.

Prosesi hari pertama atau saat ini, digelar untuk mendoakan jenazah secara Islam di Freedom Hall. Selang
sehari kemudian, digelar prosesi mendoakan jenazah secara umum yang terbuka untuk Yahudi dan Kristen, di KFC Yum! Center. Selanjutnya, jenazah baru akan dikuburkan di Cave Hill Cemetery, Louisville, Kentucky, Jumat (10/6/2016) waktu setempat atau Sabtu (11/6) dini hari.

Seperti diberitakan Mirror, panitia penyelenggara mengatakan prosesi di Freedom Hall juga terbuka untuk umum, tetapi lebih diutamakan untuk mereka yang beragama muslim. Muslim di Amerika Serikat juga menjadikan kesempatan ini sebagai bukti Islam sudah jadi bagian di Negeri Paman Sam.

"Muhammad sudah merencanakan semua ini," ucap Imam Zaid Shakir, sarjana Muslim terkemuka AS yang akan memimpin doa. "Dan ia berencana untuk menjadikannya momen pembelajaran," tambahnya.

Timothy Gianotti, seorang cendekiawan Islam di University of Waterloo, Kanada yang juga bekerja untuk keluarga Ali, mengatakan prosesi doa untuk Ali akan dilakukan dengan berdiri atau duduk di depan peti jenazah yang menghadapi Mekah (kiblat). Setiap pelayat punya waktu beberapa menit, dipisahkan sesuai jenis kelamin, lalu merapalkan doa. Dalam prosesi ini, lafadz "Allahu Akbar" berkumandang mengiringi pembacaan ayat suci Al-Qur'an selama 15-20 menit.

IBTimes melaporkan, diperkirakan sekitar 14 ribu pelayat datang ke Freedom Hall untuk mendoakan jenazah Ali secara muslim. Rata-rata mereka ingin memberi salam perpisahan sebagai ucapan terima kasih kepada mantan petinju kelas berat dalam memperjuangkan warga kulit hitam di Amerika Serikat.

"Kepergian Muhammad Ali telah membuat kami jadi sedikit merasa kesepian di dunia ini," ucap Sherman Jackson, sarjana muslim dari University of Southern California yang mengaku berterima kasih atas perjuangan Ali memajukan warga kulit hitam Amerika Serikat lewat pergerakan sipil tahun 1960.

Di antara banyak pelayat yang datang di prosesi hari pertama, pria asal Bangladesh, India, yang bernama Mohammad Ali, cukup jadi perhatian. Ia mengaku datang ke Amerika Serikat untuk menghadiri prosesi doa untuk Ali meski kesehatannya sedang menurun. Dia membawa foto yang menunjukkan Muhammad Ali mengunjungi rumahnya 40 tahun lalu.

"Jika saya tidak bisa menghadiri pemakaman Muhammad Ali, itu akan jadi bagian yang menyedihkan dalam hidup saya. Hari ini atau besok, saya bisa saja mati. Jadi saya harus mengambil risiko dan turun sepanjang jalan karena ia sudah mengunjungi rumah saya," jelasnya.

Untuk bisa ikut prosesi mendoakan Ali secara Islam ini, masih tersedia tiket yang memang diberikan cuma-cuma oleh panitia. Namun untuk prosesi secara umum, tiket sebanyak 15.500 langsung ludes hanya dalam waktu beberapa jam saja.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »